KEMASAN MAKANAN DARI PLASTIK, BERBAHAYA ?
Menjaga makanan sehat keluarga ternyata bukan hanya mewaspadai zat zat kimia berbahaya yang mungkin ditambahkan dalam makanan, namun juga memperhatikan hal hal pendukung makanan tersebut, seperti halnya kemasan yang digunakan untuk mengemas makanan. Dalam family gathering BPOM tentang pengawasan kemasan pada makanan, beberapa hal terkait dengan bahan kemasan perlu diwaspadai. Terutama bahan kemasan yang terbuat dari plastik.
Tidak semua jenis plastik dianggap berbahaya jika digunakan untuk kemasan bahan makanan. Beberapa plastik, memang diperuntukan khusus untuk mengemas makanan tertentu, seperti misalnya plastik yang digunakan untuk kemasan botol air minum mineral, yang terbuat dari Polyethylene Terephthalate (PET). Kemasan plastik ini terbilang aman, bisa didaur ulang kuat, tahan pelarut dan bisa melunak pada suhu 80oC
Selain itu, ada juga plastik High Density Poliethylene (HDPE) yang biasa digunakan untuk kemasan susu cair, Low Density Polyethilene (LDPE) yang digunakan untuk plastik pembungkus buah di supermarket, Poli Propilen yang digunakan untuk air mineral gelas, yang juga termasuk plastik yang aman digunakan untuk kemasan.
Keamanan penggunaan plastik ini sebagai kemasan, biasanya ditandai dengan simbol segitiga daur ulang dan simbol tara pangan pada bagian kemasan.
Plastik jenis polistiren, yang sering digunakan untuk kemasan es krim, saat ini masih boleh dipergunakan, walaupun pada hewan pernah ditemukan efek karsinogen (karsinogen kelas 2b). Namun efek karsinogen belum ditemukan pada manusia.
PVC dan Melamin: Karsinogen kelas 1
photobucket
Menurut Mustofa, Direktur pengawasan Produk dan Makanan BPOM, dua jenis plastik ini memiliki bahaya  karsinogen kelas 1. Karsinogen kelas satu yang dimaksud adalah, plastik ini bisa melepaskan senyawa kimia yang pada manusia bersifat karsinogen.
Melamin misalnya, beberapa tahun terakhir, pernah dibahas panjang mengenai kasus melamin di China yang menimbulkan banyak masalah kesehatan. Walaupun di Indonesia, adanya masalah kesehatan akibat kemasan mengandung melamin jarang terdengar, namun penggunaan melamin tetap harus diwaspadai.
Menurut BPOM, Melamin sebenarnya mengandung melamin formaldehid, yang berikatan kuat dan tidak mudah lepas. Namun amat disayangkan melamin yang banyak beredar saat ini sering dipalsukan, sehingga yang terkandung adalah urea-formaldehid. Urea Formaldehid ini ikatannya tidak kuat dan mudah sekali melepaskan formaldehid. Hal ini yang membahayakan. Selain bisa menyebabkan kanker, melamin juga terbukti menyebabkan gangguan ginjal.
Selain melamin, Poli Vinil Clorida (PVC) juga memiliki efek karsinogen kelas 1. Plastik jenis ini banyak kita jumpai sehari-sehari. Biasanya digunakan untuk membungkus nasi uduk, nasi goreng, mie goreng, kue jajanan pasar, dll. PVC sendiri mengandung senyawa ester flatat yang bisa menyebabkan gangguan endokrin, mengandung senyawa Pb yang bersifat racun pada syaraf dan menyebabkan penurunan IQ dan juga semikarbazin yang bersifat karsinogen.
Walaupun begitu, selama sidak bpom, penggunaan kadar PVC dalam kemasan, sejauh ini kadarnya belum melampaui kadar yang tidak aman.
Kemasan Botol Susu Bayi, Perlu Perhatian Khusus.
Tingkat sterilitas produk untuk bayi perlu diperhatikan dibanding dengan produk untuk orang dewasa. Hal ini terkait, tubuh bayi belum membentuk banyak imunitas untuk melawan kuman yang masuk dalam tubuhnya. Kemasan botol susu bayi yang digunakan sehari-hari, harus benar-benar aman tanpa kandungan senyawa kimia.
Plastik jenis polikarbonat, yang biasa digunakan untuk kemasan botol bayi, ternyata bisa mengalami pelepasan ikatan residu bisfenol A. Residu bisfenol A ini biasanya menyebabkan gangguan endokrin atau ketidakstabilan hormon. Walaupun penelitian ini masih harus terus dibuktikan secara kuantitatif, berdasarkan frekuensi meminum susu dengan botol susu, namun menurut Mustofa, sejauh ini kadar bisfenol A yang terlepas dari botol susu nilainya masih sangat jauh di bawah batas ambang tidak aman.
Keadaan ini tidak perlu menghawatirkan para ibu, hanya menuntut kehati-hatian dalam merawat botol susu milik bayi. Untuk menghindari terlepasnya senyawa bisfenol A, sebaiknya ibu menghindari mencuci botol bayi dengan sikat tajam, dan juga menghindari sterilisasi dengan cara merebus botol langsung pada air mendidih. “Lebih baik, botol susu direndam saja dengan air panas, dan botol susu diganti setiap beberapa bulan sekali,†tutur Mustofa.
Tips dalam memilih dan menjaga kemasan yang aman untuk makanan:
Hindari memilih kemasan dari bahan plastik hitam. Plastik ini tergolong plastik daur ulang, yang tidak jelas asal muasalnya
Hindari mengemas makanan dengan kertas koran atau kertas bekas. Tinda dalam kertas mengandung Pb yang tidak baik untuk tubuh
Kemasan paling adalah yang terbuat dari kaca atau keramik
Pilih yang memiliki logo tara pangan dan logo daur ulang
Pilih kemasan yang warnanya tidak mencolok
Ikuti petunjuk pemakaian yang disarankan oleh produsennya
Pilih kemasan yang mencantumkan identitas produsennya
Tidak terkecoh dengan harga murah
Hindari penggunaan plastic untuk merebus makanan seperti lontong dan ketupat
Jangan merebus botol susu untuk sterilisasi, sebaiknya rendam saja dengan air panas (vit)
0 komentar:
Posting Komentar