Jumat, 29 November 2013

OLAHRAGA MENINGKATAKAN RESIKO KEMATIAN MENDADAK ???



OLAHRAGA MENINGKATAKAN RESIKO KEMATIAN MENDADAK ???

Akhir-akhir ini berita kematian mendadak setelah melakukan aktivitas olahraga kerap terjadi. Sebelumnya beberapa tokoh selebriti Indonesia juga mengalami hal serupa. Pasalnya, hal ini terkadang tidak diduga mengingat selama ini olahraga dianggap sebagai bagian penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Sebuah pertanyaan pun muncul, apakah olahraga meningkatkan resiko kematian mendadak?

Banyak para peneliti melakukan reseach tentang apakah benar olahraga meningkatkan kematian mendadak. RJ Northcote, dkk misalnya, mereka meneliti kematian mendadak pada 60 respondeen yang meninggal setelah melakukan olahraga squash. Hasilnya menyimpulkan 51 kasus kematian disebabkan oleh masalah arteri koroner, 4 kasus karena katup jantung dan 2 kasus karena aritmia (www.majalahkesehatan.com). Dalam penelitian ini terlihat, adanya kemungkinan olahraga meningkatkan resiko kematian mendadak, jika olahraga tersebut dilakukan terlalu memforsir dan menimbulkan stress.
Penyakit Jantung Sebagai Penyebab Kematian Mendadak Pasca Olahraga



Pada umumnya penyebab kematian mendadak pasca olahraga adalah penyakit kardiovaskular, dan terjadi pada orang yang melakukan olahraga kompetitif, seperti sepak bola, futsal, berenang, tenis atau lari maraton. Hal ini menunjukkan, bahwa orang yang secara fisik terlihat sehat pun memerlukan pemeriksaan penunjang. Penyakit jantung bisa juga timbul karena adanya keturunan, tentunya hal ini harus diketahui setiap orang, terutama bagi mereka yang memiliki resiko.

Dinamika ini menimbulkan kekhawatiran di antara eksekutif muda yang berusia kisaran 20-40 tahun, karena kejadian ini banyak menyerang pria usia 20-40 tahun. Gaya hidup serba instan kerap menjadi pemicu. Olahraga sebenarnya bukan menjadi pemicu masalah, karena banyak penelitian yang membuktikan bahwa tidak pernah berolahraga meningkatkan resiko penyakit jantung 3 kali lipat lebih banyak dari yang berolahraga. Namun, perlu diperhatikan, bahwa olahraga juga sebaiknya dilakukan sesuai dengan kondisi.

Mengukur kondisi tubuh saat berolahraga mampu mengurangi kemungkinan olahraga meningkatkan ressiko kematian mendadak. Pada saat latihan berat dilakukan, terkadang terjadi keram otot jantung ataupun kejang arteri koroner. Hal ini biasa terjadi jika awal olahraga langsung dengan latihan berat. Keram otot jantung dan kejang arteri ini berkontribusi pada kurangnya pasokan oksigen ke jantung. Ini mungkin menjagi mekanisme mengapa olahraga meningkatkan resiko kematian mendadak.

Sensitif terhadap tanda-tanda masalah jantung harus bisa dirasakan. Banyak kematian mendadakk setelah olahraga, yang sebenarnya sudah memberikan gejala sebelum olahraga itu dilakukan. Sakit perut tiba-tiba, sakit dada ringan dan sesak napas ringan adalah gejala yang kerap diabaikan.
Menurunkan Kemungkinan Olahraga Meningkatkan Resiko Kematian Mendadak

Walaupun beberapa kejadian olahraga dan kematian mendadak terjadi, bukan berarti olahraga sebagai satu satunya pemicu, dan bukan berarti olahraga menjadi sebuah masalah. Penelitian mengungkapkan orang-orang yang mengetahui memiliki penyakit kardiovaskuler, akan terbantu dengan olahraga teratur. Walapun, pada kasus orang yang memiliki penyakit jantung, resiko kematian mungkin terjadi sesudah berolahraga yang diforsir tidak sesuai kondisi.

Untuk itu, pada beberapa orang yangmemiliki faktor resiko, ada baiknya untuk senantiasa memulai olahraga dengan yang ringan-ringan terlebih dahulu. Menghitung denyut nadi pada saat awal dan sesudah pemanasan baiknya dilakukan, hal ini untuk menilai apakah selama olahraga nanti jantung anda tidak akan terlalu lelah mensuplai oksigen untuk tubuh.

Pemeriksaan jantung juga sebaiknya dilakuan, terlebih bagi mereka yang kerap merasakan gejala seperti sesak napas dan nyeri dada, walaupun hanya sebentar. Mereka yang memiliki keturunan juga sebaiknya melakukan pemeriksaan jantung.

Walaupun dalam beberapa kasus olahraga meningkatkan resiko kematian mendadak, perlu diingat gaya hidup sehari-hari bisa mendukung hal tersebut. Kolesterol tinggi karena asupan makanan yang salah, merokok, stress dan kurang tidur adalah hal-hal yang berpotensi menurunkan produktivitas kerja jantung.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates